Oleh: Agung Dwi Cahyadi
Warga kota semakin sulit mengakses air bersih. Kondisi DKI Jakarta pun tak lebih baik dari daerah lain.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan 2010, penduduk Indonesia yang bisa mengakses air bersih secara optimal baru 36,6 persen. Selain itu, ada lima provinsi yang jumlah penduduknya semakin sulit mengakses air bersih yaitu, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Gorontalo, Jawa Timur, dan Kalimantan Tengah. Kondisi terparah justru terjadi di DKI Jakarta.
Pada lokakarya internasional yang diselenggarakan UNESCO bekerja sama dengan LIPI dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia Selasa (22/3), terungkap fakta yang mengenaskan. Warga miskin kota ternyata lebih sulit dan harus membayar lebih mahal untuk memperoleh air bersih.
Sebagai gambaran, menurut koodinator nasional Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air (KRuHA), Hamong Santono, warga miskin di Jakarta harus mengeluarkan uang Rp1.000 - Rp1.500 per jeriken kapasitas 20 liter. Pengeluaran itu setara dengan Rp50.000 - Rp75.000 per meter kubik. Padahal, harga air bersih dari PDAM hanya Rp5.000 - Rp6.000 per meter kubik.
Dalam lokakarya bertema "Ecohydrology for Managing Sustainable Water Futures" tersebut, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, yang menjadi salah seorang pembicara, juga mengakui rendahnya akses air bersih. Menurutnya, sampai saat ini baru 50 persen penduduk Indonesia yang bisa mengakses air bersih. Data lain menyebutkan, khusus untuk DKI Jakarta, Pemprov DKI Jakarta hanya mampu menyediakan 50 persen dari total kebutuhan air bersih warganya melalui dua operator.
Kepala LIPI Prof. Dr. Lukman Hakim menyebutkan, kondisi tersebut membuktikan bahwa pendekatan konvensional untuk pengelolaan sumber daya air tidak lagi cukup untuk membendung krisis air. "Oleh karena itu, diperlukan kebijakan sumber daya air yang berkelanjutan guna meningkatkan pembangunan sosial," katanya.
Lebih lanjut, Lukman mengatakan bahwa ekohidrologi bisa menemukan solusi masalah tersebut. Oleh sebab itu, Ecohydrology Programme (EHP) perlu mendapat perhatian serius karena program ini berfokus pada pengetahuan yang lebih baik tentang hubungan timbal balik antara siklus hidrologi dan ekosistem yang bisa memberikan kontribusi terhadap pengelolaan biaya yang efektif dan ramah lingkungan. “Tujuan EHP adalah untuk mengurai kesenjangan pengetahuan dalam penanganan masalah yang berkaitan dengan sistem air kritis,” tegasnya. (Sumber: LIPI, Kompas, Sindo)
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut