Tentang ME

Jumat, 20 Mei 2011

Ikan Koan Bersihkan Eceng Gondok Danau Kerinci





Jambi  (ANTARA News)- Eceng Gondok,  tanaman gulma yang sebelumnya merusak keindahan Danau Kerinci, kini sudah menghilang 100 persen berkat program penyebaran ikan koan di danau tersebut mulai tahun 1995.

"Eceng Gondok yang dulu sudah sangat mengkuatirkan karena nyaris menutupi seluruh permukaan danau Kerinci, kini sudah dapat dihilangkan dengan restoking sekitar 2000 ekor bibit ikan Koan pada tahun 1995," kata Kepala Desa Jujun Kecamatan Danau Kerinci, Supratman di Kerinci, Kamis.

Dulu, kata Supratman, eceng gondok menutup permukaan danau sehingga  menjadi penghalang bagi para nelayan untuk menangkap ikan karena  perahu tidak bisa melewati padang eceng gondok.

"Saat itu masyarakat nelayan Danau Kerinci sampai putus asa dan beralih meninggalkan profesinya, membengkalaikan biduk dan perahu serta jala, pukat, pancing dan perkakas lainnya hingga lapuk, saat itu masyarakat desa-desa disekitar Danau Kerinci memulai jadi tenaga kerja ilegal ke Malaysia," paparnya.

Karena kondisi itulah, Dinas Perikanan berinisiatif membeli dengan cara mengimpor jenis ikan Koan dari China yang dikenal sebagai ikan pembersih peraiaran danau dan sungai.

Program itu, tambah Supratman terbukti ampuh setelah kini lebih 10 tahun danau Kerinci telah kembali bersih terbebas dari eceng gondok 100 persen.

Danau Kerinci kini kembali indah bahkan jauh lebih indah dari dulu, sementara produksi ikan Koan kini sudah menjadi komoditas lain yang memberikan penghasilan kepada para nelayan.

Selain keberadaan berbagai jenis ikan khas dan endemik Danau Kerinci seperti Semah, Medik, Barau, Puyau, Tilan, Sepat, dan belut, habitat di danau tersebut juga sudah kembali pulih, tambahnya.

Ikan Koan memang terkenal sebagai ikan pemangsa tanaman air khususnya eceng gondok, ikan tersebut adalah ikan rakus, perkembang biakan dan pertumbuhannya terbilang cepat, selain kelezatan dan kandungan gizi dagingnya tergolong tinggi.

"Masyarakat nelayan desa-desa di Kecamatan Danau Kerinci tentu saja sangat besyukur dan berterimakasih dengan program penyebaran ikan koan di danau pada 1995, karen hasilnya kini telah 100 persen, daerah lain di tanah air yang memiliki permasalahan eceng gondok di perairannya, dapat pula belajar dari program Koan di Danau Kerinci ini," kata dia.



(http://antaranews.com/berita/259262/ikan-koan-bersihkan-eceng-gondok-danau-kerinci)

Kamis, 31 Maret 2011

Ganggang untuk Bersihkan Air dari Limbah Nuklir



Ganggang bisa jadi solusi untuk bersihkan limbah nuklir setelah bencana, seperti bencana di Fukushima, Jepang.

Pada saat pertemuan American Chemical Society di Anaheim, California, Amerika Serikat, ilmuwan dari Northwestern University di Evanston, Illinois, mengutarakan kalau ganggang Closterium moniliferum punya kemampuan menghilangkan isotop radioaktif strontium dari air. Ganggang tersebut menyimpan strontium dalam bentuk kristal yang terbentuk dalam struktur subseluler.

Masalahnya, hasil limbah reaktor atau pencemaran akibat kecelakaan juga mengandung bahan lain, seperti kalsium dan kalsium yang dihasilkan jumlahnya bisa mencapai 7 miliar kali lipat dibandingkan strontium. Ukuran strontium dan kalsium yang serupa membuat keduanya makin sulit dipisahkan.

Ganggang C. moniliferum sebetulnya tidak tertarik pada strontium. Ganggang yang mudah ditemukan ini tertarik pada barium. Tapi, ciri strontium yang berada antara kalsium dan barium membuat strontium membuat C. moniliferum juga mengakibatkan strontium mengkristal.

Strontium merupakan salah satu isotop berbahaya karena bisa masuk ke dalam tulang, sumsum, darah, dan jaringan lain. Radiasi yang dipancarkannya bisa menyebabkan kanker. Radioisotop itu baru akan berkurang setelah 30 tahun. "Itulah yang membuat strontium merupakan salah satu ancaman utama," kata Minna Krejci yang melakukan penelitian.

Krejci belum melakukan pengujian daya tahan ganggang saat ada aktivitas radioaktif. Tapi Krejci optimis ganggang dapat bertahan cukup lama untuk menghilangkan strontium karena proses pembersihan berlangsung cepat. "Pengkristalan berlangsung dalam waktu 30 menit sampai 1 jam," katanya. (Sumber: Nature)


http://nationalgeographic.co.id/lihat/berita/868/ganggang-untuk-bersihkan-air-dari-limbah-nuklir

Rabu, 23 Maret 2011

Setiap Hari, 136 Anak Meninggal Karena Tak Dapat Air Bersih


Data Bank Dunia tahun 2008 menunjukkan, sebanyak 50.000 anak Indonesia meninggal dunia karena masalah sanitasi air dalam setahun. Itu berarti rata-rata ada 136 anak yang meninggal setiap hari karena tak terjaminnya kebutuhan air bersih.

Pernyataan ini disampaikan Saiful Munir, Sekjen Lingkar Studi Aksi Demokrasi Indonesia (LS ADI), saat unjuk rasa peringatan Hari Air Sedunia di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (22/3).

"Kebijakan yang keliru dari pihak pemerintah dalam menyediakan akses air bersih kepada masyarakat menyebabkan banyak anak menjadi korban," kata Saiful. Menurutnya, seharusnya pemerintah bertugas melaksanakan amanat konstitusi, khususnya Pasal 33 UUD 1945, yang mewajibkan pemerintah memanfaatkan kekayaan alam untuk kemakmuran rakyat. Itu artinya, pemerintah perlu mengupayakan air bersih gratis bagi rakyat. "Bukannya diprivatisasi sebagaimana terjadi saat ini," tambah Saiful.

Muhammad Reza, Koordinator Advokasi Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA), menambahkan, laporan Millenium Development Goals (MDGs) yang dirilis Bappenas tahun 2010 mengungkapkan, hanya 47,71 persen rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih yang layak.

"Selain itu, hanya 51,19 persen rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi," tambah Reza. Hal ini, menurutnya, menunjukkan ada yang keliru dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam mengelola kekayaan negara yang menjadi hak masyarakat. (Imanuel More)